DISUSUN OLEH :
1. MATIAS
ANDRIA PERNANDES
2.
LISNAWATI
3.
LIA TRISNASARI
4.
KURNIATIK
5.
KRISTIANI
6.
KUSMILAWATI
7.
KURNIADI
8.
KUSMAYADI
9.
LANDI MESA
10.
M. RUSLI
11. M.
ARWANI WICAKSONO
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rakhmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelasaikan Makalah Mikrobiologi dan
Parasitologi yang menjelaskan tentang Kelainan Congenital Dan Keturunan
Semoga dangan pembuatan makalah ini
dapat mempermudah para pembaca dalam proses belajar, berlatih, serta memberikan
manfaat menambah pengetahuan tentang Jenis-jenis Kelainan Congenital Dan
Keturunan
Ucapan terima kasih kepada dosen di
mata kuliah Patologi yang telah membimbing kami, serta bantuan dan kerja sama
dari semua TIM sehingga Makalah ini selesai seperti yang telah kita harapkan.
Makalah ini, kami rasa masih banyak
terdapat kekurangan, karena itu kritik serta saran dari para pembaca dan semua
pihak, sangat kami harapkan. Semoga
Allah SWT, senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk-Nya kepada kita semua.Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Latar Belakang
1.
Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi
sejak konsepsi dan selama dalam kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian
janin dalam kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan
kongenital. Khusunya pada bayi berat badan rendah diperkirakan kira-kiraa 20%
diantaranya meninggal karena kelainan kongenital dalam minggu pertama
kehidupannya.
Malformasi kongenital merupakan kausa penting
terjadinya keguguran, lahir mati, dan kematian neonatal.
Mortalitas dan morbiditas pada bayi
pada saat ini masih sangat tinggi pada bayi yang mengalami penyakit bawaan.
Salah satu sebab morbiditas pada bayi adalah atresia duedoni esophagus,
meningokel eosephalokel, hidrosephalus, fimosis, hipospadia dan kelainan
metabolik dan endokrin. Sebagian besar penyakit bawaan pada bayi disebabkan
oleh kelainan genetik dan kebiasaan ibu pada saat hamil mengkonsumsi alkohol,
rokok dan narkotika.
Dari uraian
diatas diharapkan seorang bidan dapat melakukan penanganan secara terpadu.
Dari masalah yang ada diatas setidaknya dapat
memberikan pertolongan pertama dengan dapat untuk menekan angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi, tetapi jika kondisi lebih parah
Kita harus melakukan rujukan.
Berdasarkan hal-hal diatas, makalah yang berjudul “Asuhan Neonatus dengan Cacat
Bawaan dan Penatalaksanaannya” ini disusun untuk mengkaji lebih jauh mengenai
neonatus dengan kelainan kongenital serta penatalaksanaannya sehingga sebagai
seorang bidan kita mampu memberikan asuhan neonatus dengan tujuan meminimalisir
angka kematian dan kesakitan pada neonatus sehingga tugas mutlak seorang bidan
dan terpenuhi dengan baik.
2.
Penyakit keturunan adalah suatu
penyakit kelainan genetik yang diwariskan dari orangtua kepada anaknya. Namun
ada orangtua yang hanya bertindak sebagai pembawa sifat (carrier) saja dan
penyakit ini baru muncul setelah dipicu oleh lingkungan dan gaya hidupnya.
B. Tujuan
Adapun Tujuan dalam penulisaan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian
kelainan congenital/ cacat bawaan pada neonatus.
2.Untuk mengetahui penyebab kelainan
congenital.
3.Untuk mengetahui diagnosis kelainan congenital.
3.Untuk mengetahui diagnosis kelainan congenital.
4.Untuk
mengetahui kelainan kongenital pada neonatus dan penatalaksanaannya.
5. Untuk
mengetahui cara pencegahan kelainan congenital atau cacat bawaan pada neonates.
6. Untuk
mengetahui definisi kelainan keturunan.
7. Untuk
mengetahui jenis-jenis penyakit turunan.
C. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan cacat
bawaan/ kelainan congenital pada neonatus?
2. Apa saja yang penyebab kelainan kongenital?
3. Apa saja kelainan kongenital yang biasanya
terjadi pada neonatus dan penatalaksanaannya?
4. Apa yang dimaksud dengan kelainan
keturunan / penyakit turunan?
5. Apa saja jenis-jenis penyakit
turunan?
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Definisi Kelainan Congenital Dan
Keturunan
a. Kelainan kongenital merupakan
kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil
konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat
kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Kelainan kongenital
dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian
segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya
sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini
seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang
dilahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan
dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi
kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan
kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.
Disamping pemeriksaan fisik, radiologi dan laboratorium untuk menegakkan
diagnosa kelainan kongenital setelah bayi lahir dikenal pula adanya diagnosis
pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu
misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin.
b. Penyakit keturunan adalah suatu penyakit kelainan genetik yang
diwariskan dari orangtua kepada anaknya. Namun ada orangtua yang hanya
bertindak sebagai pembawa sifat (carrier) saja dan penyakit ini baru muncul
setelah dipicu oleh lingkungan dan gaya hidupnya.
2. Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat
mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital
antara lain:
2.1
Kelainan Genetik dan Khromosom.
Kelainan genetik pada ayah atau ibu
kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Di
antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi
dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan
("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif.
Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang
sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya. Dengan
adanya kemajuan dafam bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat diperiksa
kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat
dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh
kelainankhromosom autosomai trisomi 21 sebagai sindroma Down (mongolism)
kelainan pada kromosom kelamin sebagai sindroma Turner.
2.2
Faktor mekanik
Tekanan
mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan bentuk
organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ tersebut. Faktor predisposisi
dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas
suatu organ. Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada
kaki sepcrti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes
equinovarus (clubfoot)
2.3
Faktor infeksi.
Infeksi yang
dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode
organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu
dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan
suatu
organ rubuh.
Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital
dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi
virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat
menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem
pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa
infeksi lain pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital
antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis,
kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan
pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau
mikroftalmia.
2.4
Faktor Obat
Beberapa
jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan
diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada
bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan
kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau
mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan
tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan
kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara
pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari
pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini
kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum
obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu,
pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan
ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya
terhadap bayi.
2.5
Faktor umur ibu
Telah
diketahui bahwa mongoIisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir
Rumah
Sakit Dr
Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka kejadian
mongolisme 1,08 per 100 kelahiran hidup dan ditemukan resiko relatif sebesar
26,93 untuk kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih; angka keadaan yang
ditemukan ialah 1: 5500 untuk kelompok ibu berumur < 35 tahun, 1: 600 untuk
kelompok ibu berumur 35-39 tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu berumur 40 - 44
tahun dan 1 : 15 untuk kelompok ibu berumur 45 tahun atau lebih.
2.6
Faktor hormonal
Faktor
hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes
mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila
dibandingkan dengan bayi yang normal.
2.7
Faktor radiasi
Radiasi ada
permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital
pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua
dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali
dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi
untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa
kehamilan, khususnya pada hamil muda.
2.8
Faktor gizi
Pada
binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat
menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan
menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan
bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan,
adanya defisiensi protein, vitamin A
ribofIavin,
folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian &elainan
kongenital.
2.9
Faktor-faktor lain
Banyak
kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri
dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya.
Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi
faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.
3.
Jenis-jenis Kelainan Kongenital/
Cacat Bawaan Pada Neonatus
3.1 Encephalocele
Enchepalokel jarang ditemukan, merupakan cacat pada daerah oksipital dimana terjadi penonjolan meningen yang mengandung jaringan otak dan cairan liguor.
Terapi: eksisi kantong dan menyelamatkan
sebanyak mungkin jaringan otak kemudian menutup cacat tersebut
Perawatan Pra-Bedah: cegah jaringan saraf
terpapar yaitu lesi ditutupi kassa steril atau kassa yang tidak lengket,
pertahankan suhu tubuh, catat aktivitas tungkai dan sfingter anal, catat
lingkar kepala, foto tulang belakang, foto lesi.
Perawatan pasca bedah: jamin intake, rawat
luka operasi, posisi bayi di ubah tiap 1 jam, monitor BAK/ BAB, ukur lingkar
kepala tiap hari, beri dukungan bagi orang tua/ penjelasan pada orang tua
mengenai kelainan ini.
3.2 Hidrocephalus
Definisi: keadaan dimana terjadi penimbunan
cairan serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar.
Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga
tekanan intrakranial sangat tinggi.
Hidroscephalus ada dua, yaitu:
3.2.1 Hidrocephalus tak berhubungan
(obstruktif) : tekanan CSS meningkat karena aliran CSS dihambat di suatu tempat
di dalam sistem ventrikel
3.2.2 Hidrosefalus berhubungan (komunikans) : tekanan CSS meningkat karena CSS tidak ventrikel di absorbsi dari ruang subarachnoid, tetap tidak terdapat gangguan dalam sistem.
Penyebab: Obstruksi sirkulasi likuor (sering terdapat pada bayi) yaitu kelainan bawaan,
infeksi, perdarahan, sekres yang
berlebihan, gangguan reasorbsi likuor.
Gejala klinik: Muntah, Nyeri kepala, kesadaran
menurun, kepala besar, sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar,
sklera tampak di atas iris (Sunset Sign), ubun-ubun besar melebar atau tidak
menutup pada waktunya, dahi tampak melebar dengan kulit kepala yang menipis,
tegang dan mengkilat, bola mata terdorong kebawah.
Pemeriksaan yang dilakukan: USG, CT Scan, Ventrikulografi
Pemeriksaan yang dilakukan: USG, CT Scan, Ventrikulografi
Ada tiga prinsip pengobatan hidrosefalus:
3.2.2.1 Mengurangi produksi CSS yaitu merusak sebagian fleksus
koroidalis dengan pembedahan. Obat diamox mempunyai khasiat inhibisi
pembentukan CSS.
3.2.2.2 Memperbaiki hubungan antara tempat produksi
CSS dengan tempat absorbsi yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid.
3.2.2.3 Pengeluaran cairan CSS ke dalam organ
ekstrakranial yaitu caara terbaik ke dalam vena jugularis dan jantung melalui
kateter yang berventil yang memungkinkan penagliran CSS ke satu arah. Tindakan
ini mudah terjadi infeksi sekunder/ sepsis
Penatalaksanaannya:
a. Kesadaran menurun: pasien diberikan makanan melalui sonde, dan secara bertahap jika kesadaran mulai ada dapat diberikan susu per oral. Pasien dipasang infus dengan cairan glukosa (5-10%) dan NaCl 0,9 %
Penatalaksanaannya:
a. Kesadaran menurun: pasien diberikan makanan melalui sonde, dan secara bertahap jika kesadaran mulai ada dapat diberikan susu per oral. Pasien dipasang infus dengan cairan glukosa (5-10%) dan NaCl 0,9 %
c. Monitor tetesan infus agar tidak terlalu cepat
karena dapat menampah tekanan pada otak
d. Kepala pasien harus di alasi bantal yang lembut.
d. Kepala pasien harus di alasi bantal yang lembut.
e. Perhatikan agar kulit kepala tetap kering
f. Ubah posisi kepala tiap dua jam, jika tampak kulit kemerahan posisi di ubah tiap satu jam.
g. Jika terjadi lecet beri salep dan tutup dengan kassa
h. Tutup mata dengan kassa steril tiap pasien tidur
i. Jelaskan kepada orang tua bahwa penyakit ini berat
dan sukar pengobatannya
j. Jelaskan tentang penyakit anaknya
j. Jelaskan tentang penyakit anaknya
3.3 Labioskizis dan Labiopalatoskizis
Celah bibir dan
celah langit-langit adalah suatu kelainan bawaan yang terjadi pada bibir bagian
atas serta langit-langit lunak dan langit-langit keras mulut.
Celah bibir (Labioskizis) adalah suatu ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat di bawah hidung.
Celah bibir (Labioskizis) adalah suatu ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat di bawah hidung.
Celah
langit-langit (palatoskizis) adalah suatu saluran abnormal yang melewati langit-langit
mulutdan menuju ke saluran udara di hidung.
Etiologi:
mungkin mutasi genetik atau teratogen (zat yang dapat menyebabkan kelainan pada
janin, contohnya virus atau bahan kimia).
Manifestasi klinik: Labioskisis yaitu distorsi pada hidung, tampakØ sebagian atau keduanya dan adanya celah pada bibir.
Palatoskisis yaitu tampak ada celah pada palatum, ada rongga pada hidung,
distorsi hidung, teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa
dengan jari, kesukaran dalam menghisap atau makan. Komplikasi:
gangguaan bicara dan pendengaran, terjadinya otitis media, aspirasi, disstress
pernapasan.
Penatalaksanaan:
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan
posisi kepala bayi sedikit ditegakkan, berikan minum dengan menggunakan sendok
atau pipet, cegah bayi tersedak, tepuk punggung bayi setiap 15 mL-30 mL minuman
yang diminum, tetapi jangan diangkat dot selama bayi masih mengisap.
b. Jelaskan pada orang tua tentang prosedur
operasi, puasa enam jam, pemberian infus, perhatikan keadaan umum bayi.
c. Jelaskan pembedahan pada labio
sebelum kecacatan palato, perbaikan dengan pembedahan usia 2-3 hari atau sampai
beberapa minggu. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 5
tahun, ada juga antara 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan. Untuk
menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule of ten yaitu umur > 10 minggu
(3 bulan), >5 kg, leukosit > 1000/ uL. Cara operasi yang umum dipakai
adalah cara mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara. Awal fasilitas
penutupan adalah untuk perkembangan bicara.
d. Prosedur perawatan setelah operasi:
rangsangan untuk menelan atau menghisap, dapat menggunakan jari-jari dengan
cuci tangan yang bersih atau dot sekitar mulut 7-10 hari, bila sudah toleran
berikan minum pada bayi, dan makanan lunak sesuai usia dan dietnya.
e. Peran bidan: memberi dukungan dan
keyakinan ibu, menjelaskan pada ibu yang terpenting untuk saat ini, adalah
memberi bayi cukup minum untuk memastikan pertumbuhan sampai operasi dapat
dilakukan. Apabila hanya labioskiziz dapat menganjurkan ibu untuk tetap
menyusui. Apabila kasus labiopalatoskizis pemberian ASI peras untuk memenuhi
kevbutuhan nutrisinya. Bila masalah minum teratasi BB naik, rujuk bayi untuk
operasi.
3.4
Atresia esophagus
Atresia esofagus yaitu pada ujung esofagus
buntu yang biasanya disertai kelainan bawaan lainnya yaitu kelainan jantung
bawaan dan kelainan gastrointestinal.
Etiologi:
Etiologi:
Tidak
diketahui, kemungkinan terjadi secara multifactor. Faktor genetic, yaitu
Sindrom Trisomi 21,13, dan 18.
Gambaran klinik :
Liur selalu meleleh dari mulut bayi
dan berbuih, apabila air liur masuk ke dalam trakea akan terjadi aspirasi
Kelainan bawaan ini biasanya terjadi pada bayi
yang baru lahir dengan kurang bulan. Bayi tersebut sering mengalami sianosis
apabila cairan lambung masuk ke dalam paru-paru.
Penatalaksanaan : Dengan operasi, sebelum operasi bayi diletakkan setengah duduk untuk mencegah tregurgitas cairan lambung ke dalam lambung. Lakukan pengisapan cairan lambung untuk mencegah aspirasi bayi dirawat dalam inkubator,ubah posisi lebih sering, lakukan pengisapan lendir, rangsang bayi untuk menangis agar paru-paru berkembang.
Penatalaksanaan : Dengan operasi, sebelum operasi bayi diletakkan setengah duduk untuk mencegah tregurgitas cairan lambung ke dalam lambung. Lakukan pengisapan cairan lambung untuk mencegah aspirasi bayi dirawat dalam inkubator,ubah posisi lebih sering, lakukan pengisapan lendir, rangsang bayi untuk menangis agar paru-paru berkembang.
3.5 Atresia Ani dan Recti
Definisi : Tidak adanya lubang tetap pada anus
atau tidak komplit perkembangan embrionik pada distal usus ( anus ) atau
tertutupnya secara abnormal.
Penyebab : ketidaksempurnaan proses pemisahan
septum anorektal.
Gambaran klinik : bayi muntah-muntah pada
24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi mekonium atau urine
bercampur mekonium
Atresia Ani terdapat empat golongan yaitu
stenisis rektum yang lebih rendah atau pada anus, membran anus menetap, anus
inperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada macam-macam jarak dari
perinium, lubang anus terpisah dengan ujung rektum yang buntu.
Pemeriksaan diagnostik :
Pemeriksaan diagnostik :
Yaitu pemeriksaan fisik rektum kepatenan
rektum dan dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan jari atau termometer
yang dimasukkan sepanjang 2 cm ke dalam anus, kalau ada kelainan termometr dan
jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan terdapat penyumbatan
lebih tinggi dari perinium, gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir
berupa perut kembung, muntah berwarna hijau. Pemeriksaan radiologi untuk
mengetahui sampai dimana terdapat penyumbatan.
Penatalaksanaan : Pembedahan yaitu eksisi
membran anal, fisula yaitu dengan kolostomi sementara dan setelah umur 3 bulan
dilakukan koreksi sekaligus, dengan mempersiapkan operasi dan penjelasan kepada
orang tua mengenai kelainan anaknya serta tindakan yang akan dilakukan. Sebelum
pembedahan bayi dipasangi infus, sering diisap cairan lambungnya, dilakukan
observasi tanda-tanda vital. Operasi dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama
hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan atau lebih dilakukan
operasi tahapan kedua. Perawatan pasca operasi yaitu pencegahan infeksi,
penjelasan kepada orang tua cara merawat anus buatan dan menganjurkan agar
konsultasi secara teratur dan menjaga kesehatan bayi agar dapat di lakukan
oprasi tahap kedua tepat pada waktunya.
3.6 Hirschsprung
Pengertian : suatu kelainan bawaan tidak
terbentuknya sel ganglion para simpatis dari pleksuss messentrikus / aurebach
pada kolon bagian distal
Hirschsprung terbagi dua yaitu
segmen pendek : dari anus sampai sigmoid, segmen panjang : kelainan melebihi
sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
Gambaran Klinik : Trias yang sering ditemukan
ialah mekonium yang lambat keluar (
lebih dari 24 jam ), perut kembung, dan muntah berwarna hijau.
Pemeriksaan colok anus yaitu jari akan
merasakan jepitan, dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara
dan mekonium atau tinja yang menyemprot.
Penatalaksanaan : hanya dengan operasi, atau biasanya pipa rektum (merupakan tindakan sementara) dan dilakukan pembilasan dengan air garam fisiologis (bila ada instruksi dokter), memberikan yang bergizi serta mencegah terjadinya infeksi. Masalah utama yang terjadi gangguan defekasi (obstipasi).
Penatalaksanaan : hanya dengan operasi, atau biasanya pipa rektum (merupakan tindakan sementara) dan dilakukan pembilasan dengan air garam fisiologis (bila ada instruksi dokter), memberikan yang bergizi serta mencegah terjadinya infeksi. Masalah utama yang terjadi gangguan defekasi (obstipasi).
3.7 Spina Bifida
Adalah kelainan bawaan yang terbentuk sejak
dalam kandungan. Ada sebagian komponen tulang belakang yang tidak terbentuk.
Jadi, tidak ada tulang lamina yang menutupi sumsum atau susunan sistem saraf
pusat di tulang belakang. Terjadinya kelainan ini, dimulai sejak dalam masa
pembentukan bayi dalam kandungan. Terutama pada usia 3-4 minggu kehamilan. Pada
masa ini janin sedang dalam pembentukan lempeng-lempeng saraf. Jika saat itu
ada gangguan, tulang belakang yang seharusnya menutup jadi tidak menutup.
Kemungkinan penyebab gangguan ini adalah ibu hamil kekurangan konsumsi asam
folat. Pada proses perkembangan tulang belakang dengan sarafnya itu, awalnya
tulang belakang dan sumsum tumbuh di tingkat yang sama. Tapi dalam
perkembangannya kemudian, Tulang belakang tumbuh lebih cepat dari sumsum
tulang. Kalau ada gangguan pembentukan tulang belakang, perkembangannya jadi
tertahan. Karena tulang belakangnya tidak terbentuk, maka sumsum tulang jadi
tersangkut pada bagian tulang yang berlubang (defect) tadi, sehingga sumsum
tulang keluar dan menonjol. Isinya bisa hanya berupa selaput saraf dengan air
saja atau saraf-sarafnya pun ikut keluar dan menonjol. Sebetulnya, kelainan ini
bisa dideteksi sejak dalam kandungan lewat pemeriksaan USG atau dengan
pemeriksaan cairan amnionnya. Bahkan kalau di luar negeri, bila diketahui si
bayi terkena kelainan ini bisa langsung dikoreksi sejak dalam kandungan.
Gambaran klinis : Gejalanya bervariasi,
tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang
terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang
lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis
maupun akar saraf yang terkena.
Gejalanya berupa:
a. Penonjolan seperti kantung di
punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir.
b. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
b. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
c. Kelumpuhan/kelemahan pada
pinggul, tungkai atau kaki
d. Penurunan sensasi
e. Inkontinensia uri (beser) maupun
inkontinensia tinja
f. Korda spinalis yang terkena
rentan terhadap infeksi (meningitis).
Gejala pada spina bifida okulta:
a. Seberkas rambut pada daerah
sakral (panggul bagian belakang)
b. Lekukan pada daerah sakrum.
Terdapat beberapa jenis spina bifida:
a. Spina bifida okulta : merupakan
spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa vertebra tidak terbentuk
secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya (meningens) tidak menonjol.
b. Meningokel : meningens menonjol
melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi
cairan di bawah kulit.
c. Mielokel : jenis spina bifida
yang paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan kulit diatasnya tampak
kasar dan merah.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan
hasil pemeriksaan fisik.
Pada trimester pertama, wanita hamil
menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple screen. Tes ini merupakan tes
penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan lainnya. 85%
wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki kadar serum alfa
fetoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi,
karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
memperkuat diagnosis.
Dilakukan USG yang biasanya dapat
menemukan adanya spina bifida.
Kadang dilakukan amniosentesis
(analisa cairan ketuban). Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut:
a. Rontgen tulang belakang untuk
menentukan luas dan lokasi kelainan.
b. USG tulang belakang bisa menunjukkan
adanya kelainan pda korda spinalis
maupun vertebra.
maupun vertebra.
c. CT scan atau MRI tulang belakang
kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya kelainan.
Penatalaksanaan
:
a. Resiko terjadinya spina bifida bisa
dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat. Kekurangan asam folat pada seorang
wanita harus dikoreksi sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini
terjadi sangat dini. Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita
hamil adalah 1 mg/hari.
b. Biasanya kalau ada kelainan bawaan
yang berat dan dapat mengancam nyawa si bayi, maka begitu lahir sudah disiapkan
tim dokter untuk menanganinya. Misalnya dari bedah saraf, bedah anak, ortopedi,
dan dokter saraf anak. Terlebih bila spina bifidanya terbuka dan terjadi
kebocoran, maka harus segera ditutup lewat operasi. Karena bagaimanapun, tidak
bisa dibiarkan adanya hubungan dunia luar dengan susunan saraf pusat. Tindakan
operasi yang dilakukan pun memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk penutupan
kalau ada defect atau kalau ada hubungan langsung susunan saraf pusat dengan
dunia luar. Selain itu, tujuan utama lainnya adalah operasi untuk membebaskan
jaringan saraf bila mungkin ada yang menyangkut di tulang belakang yang defect
(berlubang).
c. Bila kelainan spina bifidanya
terbuka luas, bayi harus dirawat di rumah sakit dan tidak dibolehkan pulang.
"Sebab, ia termasuk bayi berisiko tinggi.
16
Sementara pada spina bifida yang dilapisi oleh
kulit yang normal, bisa didiamkan saja, tanpa perlu tindakan operasi.
"Bisa dibawa pulang dan kontrol 3-5 bulan, asalkan dihindari dari cedera
seperti jatuh atau terbentur.
d. Bila spina bifida disertai dengan hidrosefalus
sebaiknya dilakukan terlebih dulu pemasangan 'selang' atau VP shunt (pintas
dari rongga cairan otak ke perut). Kalau tidak, tekanan cairan dari otak akan
tinggi terus. Akibatnya, seringkali bocor dan merembes. Dengan pemasangan
selang, cairan otak dialirkan ke rongga perut sehingga tekanan cairan pun tidak
terlalu tinggi. Kalau tidak dipakaikan selang, lama-lama kepala anak akan terus
membesar karena cairan otak akan bertambah atau berproduksi terus. Pertumbuhan
jaringan otak pun akan tertekan dan kalau dibiarkan terus, bisa menjadi tipis.
e. Kalaupun ada penundaan operasi,
misal karena kondisi si anak tak memungkinkan, untuk sementara waktu diberikan
obat-obatan. Terutama untuk mengurangi produksi cairan otaknya. Selain berusaha
secepat mungkin melakukan tindakan sampai kondisinya memungkinkan. Kalau tidak,
akan mengalami masalah di atas meja operasi atau sesudahnya." Pemberian
obat-obatan pun diberikan setelah atau segera sebelum operasi.
f. Sebelum melakukan tindakan pun,
biasanya kondisi sarafnya dinilai lebih dahulu, apakah masih berfungsi atau
tidak. Misalnya, apakah anak mengalami kelumpuhan atau tidak. Lalu, apakah ia
bisa menahan pipis atau tidak. Jika ternyata saraf sudah tak berfungsi, Jadi, tindakan
operasi dilakukan menurut kaidah-kaidah yang berlaku dalam ilmu bedah anak.
Selain itu, dicari waktu yang terbaik untuk melakukan operasi. Kalau pada usia
anak yang lebih besar, lebih mudah untuk diambil tindakan karena fungsi organ
tubuhnya sudah matang. Sementara pada bayi, sangat riskan.
g. Selain pengobatan dengan tindakan
operasi, juga dilakukan stimulasi fisioterapi dan rehabilitasi medik untuk
melatih motoriknya. Misalnya dengan menggerakan otot-ototnya supaya tidak
lemah. Jadi, fungsi-fungsi saraf yang ada harus dilatih semaksimal mungkin.
Termasuk melatih BAB dan BAK. Ini amat penting mengingat tidak mungkin untuk
membuat saraf baru.
3.8 Omfalokel (amniokel =
Eksomfalokel)
Penyebabnya adalah kegagalan alat pada dalam
kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu hingga menyebabkan
timbulmya omfalokel. Kelainan dengan adanya sembulan dari kantong yang berisi
usus dari visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbikalis dan
terlihat menonjol. Angka kematian ini tinggi bila omfalokel besar karena
kantong dapat pecah dan terjadi infeksi.
Masalah yang dapat terjadi adalah potensial
infeksi, sebelum operasi bila kantong belum pecah, dioleskan merkurokrum setiap
hari untuk mencegah infeksi. Setelah diolesi diolesi dengan kasa steril,
diatasnya ditutupi lagi dengan kapas agak tebal baru dipasang gurita.
Penatalaksanaan
: Operasi segera dilakukan setelah lahir, tetapi mengingat bahwa memasukkan
semua usus dan alat visera sekaligus ke dalam rongga abdomenakan menimbulkan
tekanan yang mendadak pada paru hingga timbul gangguan pernapasan, maka
biasanya operasi ditunda beberapa bulan.
3.9 Hernia Diafragma
Terjadi karena terbentuknya sebagian diafragma
sehingga isi perut masuk kedalam rongga toraks. Kelainan yang sering ditemukan
ialah penutupan tidak sempurna dari sinus pleuroperitoneal yang terletak pada
bagian posrero lateral dari diafragma. Gejala tergantung kepada banyaknya isi
perut yang masuk kedalamØ toraks, akan timbul gejala gangguan
pernapasan seperti sianosis, sesak napas, retaraksi sela iga dan sublateral,
perut kecil dan cekun, suara napas tidak terdengar pada paru yang terdesak pada
bunyi jantung lebih jelas pada bagian yang berlawanan oleh karena didorong oleh
isi perut. Diagnosis adalah dengan membuat foto toraks. Tindakan dengan
operasi, sebelumnya dilakukan tindakan pemberianØ oksigen bila bayi tampak sianosi,
kepala dan dada harus lebih tinggidari pada dada dan perut, yaitu agar tekanan
dari isi perut terhadap paru berkurang dan membbiarkan daifragma bergerak dengan
bebas. Posisi ini juga dilakukan setelah operasi.
3.10 Atresia Koane
Penutupan satu atau kedua saluran hidung oleh
karena kelainan pertumbuhan tulang- tulang dan jaringan ikat. Bayi akan sukar
bernafas dan minum. Atresia unilateral tidak memerlukan tindakan bedah segera,
tetapi bila bilateral harus dilakukan tindakan operatif.
3.11 Obstruksi Usus
Pada bayi yang di lahirkan oleh ibu dengan
hidroamnion, harus dilakukan dengan tindakan pemasukan pipa melalui mulut
kelambung. Untuk mengetahui ada tidaknya atresia esofagus, bila dapatn mencapai
bila dapat mencapai lambung dan cairan lambung dapat diisap lebih dari 15 ml,
dapat diduga mungkin terdapat obstruksi usus letak tinggi, obstruksi dapat
terjadi pada usus halus dan usus besar yang dapat di sebabkan atresia, stenosis
atau malrotasi.
Gejala umum yang terjadi muntah berwarnah
hijau atau kuning coklat, perut membuncit, kadang-kadang tampak gerakan
peristaltikdan terdapat obstipasi.
Penatalaksaan: dipuaskan, pemberian cairan dan elektrolit dengan parenteral, pengosongan lambung dan usus dengan cara mengisapnya terus menerus, operasi sesuai dengan letak obstruksi. Penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang di sebabkan disfungsi umum kelenjar eksokrim pancreas. kedaan ini menyababkan berkurangnya enzim pangkreas yant mengalir kelumen usus halus sehingga isi usus halus menjadi kental dan menumbat lumen usus.
Penatalaksaan: dipuaskan, pemberian cairan dan elektrolit dengan parenteral, pengosongan lambung dan usus dengan cara mengisapnya terus menerus, operasi sesuai dengan letak obstruksi. Penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang di sebabkan disfungsi umum kelenjar eksokrim pancreas. kedaan ini menyababkan berkurangnya enzim pangkreas yant mengalir kelumen usus halus sehingga isi usus halus menjadi kental dan menumbat lumen usus.
3.12 Atresia Duodeni
Biasanya terjadi dibawah ampula vateri, muntah
terjadi beberapa jam sesudah kelahiran. Perut dibagian epigastrium tampak
membuncit sesaat sebelum muntah. Muntah mungkin projektil dan berwarnah hijau. Foto
abdomen dalam posisi tegak akan memperlihatkan pelebaran lambung dan bagian
proksimal duodenum tampa adanya udara dibagian lain usus.
Pengobatan ialah dengan oprasi. Sebelum
operasi dilakukan hendaknya lambung dikosongkan dan diberikan cairan intaravena
untuk memperbaiki gangguan air dan elektrolit yangb terjadi.
3.13 Hipospadia
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana
metus eksterna terletak dipermukaan ventral penis dan lebih proksimaldari
tempatnya yang normal (ujung glan penis)
Etiologi: maskulinisasi inkomplit
dari genetalia karenainvolusi yang prematur dari sel interstisial testis
Manifestas klinik: penis melengkung
kearah bawah hal ini disebabkan adanya chordee yaitubsuatu jaringan fibrosa
yang menyebar mulai dari meatus uretra yaitu tipe glandula, distal penila,
penila, penoskrotal, scrotal dan parienal.
Penatalaksanaan: operasi yang terdiri dari
beberapa tahap yaitu operasi pelepasan chordee dan tunneling dilakukan pada
glans penis dan muaranya, bahan untuk menutup luka eksisichordee dan pembuatan
tunneling diambil dari preputium penis bagian dorsal. Oleh karena itu
hipospadia merupakan kontra indikasi mutlak untuk sirkumisi. Operasi uretroplasti,
biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama uretra dibuat dari kulit
penis bagian ventral yang diinsisi secara longitudional paralel dikedua sisis.
3.14 Fimosis
Pengertian fimosis adalah penyempitan pada
preposium, kelainan yang menyebabkan bayi atau anak sukar berkemih.
Penyebab
Adanya smegma pada ujung prepusium
yang menyulitkan bayi berkemih
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala
Kulit
prepusium menggelembung seperti balon dan bayi / anak menangis keras sebelum
urine keluar.
Penanganan
Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lobang preposium dengan cara mendorong kebelakang kulit prepesium tersebut dan biasanya akan terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan agar luka tidak merapat lagi pada luka tersebut dioleskan salep antibiotik. Tindakan ini mula-mula dilakukan oleh dokter selanjutnya dirumah orangtua sendiri di minta melakukannya seperti dilakukan oleh dokter ( pada orang barat sunat dilakukan pada seorang laki-laki kerioka masih dirawat/ketika baru lahir. Tindakan ini dimaksudkan untuk kebersihan /mencegah infeksi karena adanya spegma bukan karena keagamaan. Setiap memandikan bayi hendaknya preposium didorong kebelakang kemudian ujungnya dibersihkan dengan kapas yang telah dijelang dengan air matang.
Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lobang preposium dengan cara mendorong kebelakang kulit prepesium tersebut dan biasanya akan terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan agar luka tidak merapat lagi pada luka tersebut dioleskan salep antibiotik. Tindakan ini mula-mula dilakukan oleh dokter selanjutnya dirumah orangtua sendiri di minta melakukannya seperti dilakukan oleh dokter ( pada orang barat sunat dilakukan pada seorang laki-laki kerioka masih dirawat/ketika baru lahir. Tindakan ini dimaksudkan untuk kebersihan /mencegah infeksi karena adanya spegma bukan karena keagamaan. Setiap memandikan bayi hendaknya preposium didorong kebelakang kemudian ujungnya dibersihkan dengan kapas yang telah dijelang dengan air matang.
3.15 Epispadia
Pengertian : Suatu kelainan bawaan pada bayi
laki-laki, dengan lubang uretra terdapat bagian punggung penis atau uretra
tidak berbentuk tabung, tetapi terbuka.
Jenis: lubang uretra terdapat dipuncak kepala
penis,seluruh uretra terbuka disepanjang penis, seluruh uretra terbuka dan
lubang kandung kemih terdapat pada dinding perut.
Gejala: lubang uretra terdapat dipunggung
penis
Diagnosis : untuk melihat beratnya
epispadia, dilakukan pemeriksaan berikut radiologis, USG system kemih kelamin.
Penangannan: melalui pembedahan
3.16 Kelainan Jantung Kongenital
Penyakit
jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah gangguan atau kelainan
organ jantung saat lahir dan merupakan salah satu penyebab kematian terbesar
akibat dari kelainan saat lahir pada tahun pertama kehidupan.
Penelitian membuktikan bahwa mutasi genetik, factor lingkungan, infeksi saat kehamilan, dan keracunan dapat menyebabkan atau berperan di dalam gangguan
Penelitian membuktikan bahwa mutasi genetik, factor lingkungan, infeksi saat kehamilan, dan keracunan dapat menyebabkan atau berperan di dalam gangguan
pembentukan jantung. Meskipun
begitu, terdapat beberapa kelainan bawaan yang tidak diketahui penyebabnya.
Pembentukan sistim kardiovaskular (jantung dan
pembuluh darah) dimulai pada minggu ketiga pertumbuhan janin. Sirkulasi janin
akan berkembang sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang di dalam rahim
dengan menggunakan plasenta (ari-ari) sebagai sumber dari nutrisi, oksigen, dan
pembuangan sisa metabolisme.
Pemakaian obat tertentu pada kehamilan
trimester pertama berperan dalam terjadinya kelainan jantung bawaan (misalnya
obat anti kejang fenitoin, talidomid, dan obat kemoterapi). Penyebab lainnya
adalah pemakaian alcohol, rubella, dan Diabetes selama hamil.
3.17 Kelainan Metabolik dan Endokrin
Pengertian Merupakan gangguan metabolisme
ataupun endokrin yang terjadi pada bayi baru lahir.
Klafikasi dan penyebab
Gangguan metabolik yaitu:
a. Hipertermia
b. Hipotermia
c. Edema, terdapat pada 150 imunisasi
rhesus berat pada bayi dari ibu penderita DM.
d. Tetani, biasanya ditemukan pada
hipoparatiroidisme fisiologik sepintas yaitu karena berkurangnya kesanggupan
ginjal untuk mengsekresikan fosfat pada bayi yang mendapat susu buatan dan bayi
dari ibu penderita DM atau pra DM.
Gangguan endokrin yaitu :
1. Hipoplasia adrenal congenital
disebabkan oleh kekurangan ACTH sebagai akibat dari hipoplasia kelenjar
pituitary hipofungsi hipothalamus pada masa kritis embrio genesis
2. Perdarahan adrenal, disebabkan
oleh trauma lahir, misalnya lahir dengan letak sungsang.
3. Hipoglikemia yaitu dimana kadar
gula darah kurang dari 30 mg% pada bayi cukup bulan dan kurang dari 20 mg %
pada BBLR
4. Defesiensi tiroid, terjadi secara
genetik yaitu sebagai kretinisme, tetapi juga terdapat pada bayi yang ibunya
mendapatkan pengobatan toiurasil atau derivatnya waktu hamil
5. Hipertirodisme sementara, dapat
dilihat pada bayi dari ibu penderita hipertioidisme atau ibu yang mendapat obat
tiroid pada waktu hamil.
6. Gondok congenital disebabkan oleh
kekurangan yodium dan terdapat didaerah gondok yang endemik
7. Hiperplasia adrenal disebabkan
karena peninggian kadar kalium dan penurunan kadar natrium dalam serum
Tanda dan gejala
a. Untuk
hipotermia akut yaitu lemah, gelisah,pernafasan dan bunyi jantung lambat dan
kedua kaki dingin.
b. Untuk cold
injury yaitu lemah, tidak mau minum, badan dingin, oliguria, suhu tubuh 29,5 oC
– 35 oC. gerakan sangat kurang ; muka,kaki,tangan, dan ujung hidung merah
seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkitis atau edema.
c. Tetani,
yaitu mudah terangsang, muscular twicthing ; tremor dan kejang.
d. Hipoplasia adrenal congenital , yaitu, lemah, muntah, diare, malas minum, dehidrasi.
e. Perdarahan adrenal yaitu / renjatan nadi lemah dan cepat , pucat, dingin.
f. Defesiensi tiroid yaitu konstipasi ikterus yang lemah ekstremitas dingin dan pada kulit terdapat bercak yang menetap.
ng dapat menimbulkan gejala gangguan
pernapasan dan dapat menyebabkan kematian ;hiporekstensi
j. Hipertermia
yaitu/ dengan memperbaiki suhu lingkungan dan atau pengobatan terhadap infeksi
k. Hipotermia yaitu/dengan segera memesukkan bayi
kedalam incubator yang suhu nya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam
keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti
l. Hipotermia
sekunder yaitu/dengan mengobati penyebabnya misalnya dengan pemberian antibiotika,larutan
glukosa,o2 dan sebagainya.
m. Cold injury yaitu/dengan memenaskan bayi secara perlahan-
lahan,antibiotika, larutan
glukosa,o2 dan sebagainya.
n. Tetani
yaitu/dengan memberikan larutan kalsium glukonat 10 % sebanyak 5:10 ml IV
dengan perlahan-lahan dan dengan pengawasan yang baik terhadap denyut jantung.
o. Hipertiroidisme
sementara yaitu dengan memberikan larutan lugol sebanyak 1 tetes 3-6
kali/sehari atau propiltiorasil atau metimasol, pemberian cairan secara IV,
sedativum dan digitalis bila terdapat tanda gagal jantung.
p. Gondok
congenital yaitu dengan pengangkatan sebagai kelenjar tiroid dengan disertai
pemberian hormone tiroid bila terdapat gejala penyumbatan jalan nafas yang
berat.
q. Hipoplasia adrenal kongenita yaitu dengan pemberian
larutan garam
NaCL,deksoksikortikosteron dan asetat
r. Hiperplasia
adrenal yaitu/dengan memberikan larutan garam NaCL 0,9% tambah larutan glukosa seta pemberian
kortikosteroid dosis tinggi.
s. Perdarahan adrenal yaitu/ dengan memberikan transfuse darah dan hidrokortison
t. Hipoglikemia yaitu / dengan menyuntikkan larutan glukosa 15-20 % sebanyak 4 ml/kg BB melalui ke vena perifer.
4.
Jenis-jenis Kelainan Turunan
a. Hemofilia
Hemofilia adalah salah satu penyakit turunan akibat kekurangan faktor pembeku darah 8 atau 9. Perintah pembekuan darah ini terdapat di kromosom X, sehingga penderita hemofilia kebanyakan adalah kaum laki-laki. Karena itu sebagian besar perempuan sebagai carrier saja. Penyakit ini sulit dicegah karena setiap anak mengandung satu kromosom seks dari ibu dan satu kromosom seks dari ayah, karenanya penyakit ini selalu dimulai sejak anak-anak.
Hemofilia adalah salah satu penyakit turunan akibat kekurangan faktor pembeku darah 8 atau 9. Perintah pembekuan darah ini terdapat di kromosom X, sehingga penderita hemofilia kebanyakan adalah kaum laki-laki. Karena itu sebagian besar perempuan sebagai carrier saja. Penyakit ini sulit dicegah karena setiap anak mengandung satu kromosom seks dari ibu dan satu kromosom seks dari ayah, karenanya penyakit ini selalu dimulai sejak anak-anak.
b. Buta Warna
Penyakit ini
diwariskan dari mutasi genetik kromosom X. sebagian besar penyakit ini,akibat
faktor geneik tapi ada juga disebabkan kerusakan mata,saraf dan otak akibat
bahan kimia tertentu. Mutasi yang menyebabkan buta warna jika sedikitnya ada 19
kromosom berbeda dan 56 gen berbeda. Kondisi ini bisa muncul saat masih
kanak-kanak atau dewasa.
c.
Diabetes Melitus
Penyakit
diabetes mellitus memliki hubungan yang kuat dengan keturunan. Penyakit ini
ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah akibat insulin didalam tubuh
yang tidak bisa bekerja secara optimal. Seseorang yang memiliki antigen
leukosit dalam darah yang diperoleh dari orang tuanya akan memiliki
kecenderungan kuat untuk mengembangkan diabetes tipe 1
Sedangkan
diabetes tipe 2 merupakan penyakit keturunan ysng akan muncul digenerasi
berikutnya jika ada masalah lain yang menyertainya seperti obesitas,hipertensi
dan gaya hidup yang tidak sehat,yang mengganggu fungsi sel-sel beta didalam
tubuhnya.
d.
Thalasemia
Thalasemia
adalah kelainan darah karena hemoglobin darah mudah sekali pecah. Penyakit ini
merupakan genetik yang diturunkan jika kedua orang tuanya adalah pembawa sifat(carrier).
Akibat kelainan darah ini membuat anak
terlihat pucat dan harus mendapatkan tranfusi darah secara teratur agar
hemoglobinnya tetap normal. Berdasarkan hukum mendel jika ibunya sebagai
carrier,maka setiap anaknya berpeluang 25 persen sehat, 50 persen sebagai
carrier dan 25 persen terkena thalasemia.
e.
Kebotakan
Seperti
diketahui bahwa kebotakan disebabkan oleh banyak hal, tapi salah satunya juga
bisa akibat faktor keturunan dari orang tuanya. Jika ayahnya mengalami
kebotakan, maka setidaknya salah satu anaknya ada yang mengalami kebotakan
akibat adanya gen yang diturunkan.
f.
Alergi
Sebagian
besar alergi disebabkan oleh faktor keturunan. Jika orang tua memiliki bakat
alergi, maka ada kemungkinan sekitar 70 persen anak akan memiliki alergi juga.
Namun jika hanya salah satu orang saja yang alergi, maka faktor risiko ini bisa
berkurang sekitar 30 persennya.
g.
Albino
Albino
adalah salah satu penyakit turunan yang disebabkan anak tersebut mengandung gen
albino dari ayah dan ibunya. Kebanyakan orang dengan albino lahir dari orang
tua yang memliki gangguan dalam hal produksi melaninnya, tapi pada orang yang
carrier tidak akan menunjukan tanda-tanda memiliki gen albino. Jika orangtua
hanya sebagai carrier atau memiiki satu gen albino,sebaiknya tidak menikah
dengan orang yang memiliki albino.
h.
Asma
Asma
merupakan salah satu penyakit turunan dan diketahui bahwa faktor ibu lebih kuat
untuk menurunkan asma pada anak dibandingkan dengan faktor bapak. Asma bisa
timbul bila dipicu oleh adanya suatu alergi disekitarnya. Selain itu sekitar 30
persen penyakit asma disebabkan oleh turunan dari orangtuanya. Namun pada
beberapa orang yang asmanya terkontrol dengan baik, bisa hilang saat menjelang
dewasa. Salah satu cara untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut menurun ke
generasi berikutnya adalah dengan melakukan pemeriksaan lengkap sebelum
menikah. Karena dari pemeriksaan ini akan diketahui apakah keduanya memiliki
gen penyakit yang diturunkan ke anaknya kelak atau tidak sehingga bisa lebih
siap menghadapinya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi
sejak konsepsi dan selama dalam kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian
janin dalam kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital.
Khusunya pada bayi berat badan rendah diperkirakan kira-kiraa 20% diantaranya
meninggal karena kelainan kongenital dalam minggu pertama kehidupannya.
Penyakit keturunan adalah suatu penyakit kelainan genetik yang diwariskan
dari orangtua kepada anaknya. Namun ada orangtua yang hanya bertindak sebagai
pembawa sifat (carrier) saja dan penyakit ini baru muncul setelah dipicu oleh
lingkungan dan gaya hidupnya.
B.
Saran
Adapun saran yang diajukan dalam makalah ini, yaitu:
1.
Dalam mempelajari asuhan neonates, seorang calon bidan atau calon perawat
diharapkan mengetahui kelainan kongenital atau cacat bawaan yang biasanya
terjadi pada neonatus sehingga mampu memberikan asuhan neonates dengan baik dan
sesuai dengan kewenangan profesi.
2. Kepada
pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam pembuatan makalah atau
karya tulis yang berkaitan dengan judul makalah ini, diharapkan kekurangan yang
ada pada makalah ini dapat diperbaharui dengan lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar