MAKALAH PATOLOGI
“NEOPLASMA”
DISUSUN OLEH :
1. MATIAS
ANDRIA PERNANDES
2.
LISNAWATI
3.
LIA TRISNASARI
4.
KURNIATIK
5.
KRISTIANI
6.
KUSMILAWATI
7.
KURNIADI
8.
NI NYOMAN TRI AYU ASTITI
9.
LANDI MESA
10.
M. RUSLI
11. M.
ARWANI WICAKSONO
SEKOLAH
TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
DIII KEPERAWATAN TAHUN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rakhmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelasaikan Makalah Patologi yang menjelaskan tentang “Neoplasma”
Semoga dangan pembuatan makalah ini
dapat mempermudah para pembaca dalam proses belajar, berlatih, serta memberikan
manfaat menambah pengetahuan tentang Penyakit “Neoplasma”.
Ucapan terima kasih kepada dosen di
mata kuliah Patologi yang telah membimbing kami, serta bantuan dan kerja sama
dari semua TIM sehingga Makalah ini selesai seperti yang telah kita harapkan.
Makalah ini, kami rasa masih banyak
terdapat kekurangan, karena itu kritik serta saran dari para pembaca dan semua
pihak, sangat kami harapkan. Semoga
Allah SWT, senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk-Nya kepada kita
semua.Amin.
Pontianak, Mei 2014
Kelompok
I
TIM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker
adalah penyakit dimana sel-sel ganas beranak-pinak berupa keturunan yang
bersifat ganas pula. Kanker payudara banyak dijumpai di Indonesia khususnya
pada wanita, merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker mulut rahim.
Insiden kanker payudara kira-kira sebanyak 18 per 100.000 penduduk wanita,
dengan insiden seluruh kanker di Indonesia diperkirakan 180 per 100.000
penduduk. Pria juga mungkin mendapat kanker payudara, dengan kemungkinan 1:100
dari wanita.
Berikut ini adalah permasalahan dalam scenario 1:Seorang wanita 45 tahun, seorang pekerja di perusahaan batik, dirujuk ke dokter ahli bedah dengan benjolan di payudara kirinya. Benjolan ini baru dirasakan 6 bulan terakhir, makin bertambah besar dan kadang-kadang disertai nyeri.
Saat penderita di
SMA pernah mengalami operasi tumor payudara kanan yang dinyatakan tidak ganas.
Setelah operasi penderita disarankan oleh dokter untuk melakukan SADARI secara
rutin. Terdapat riwayat keluarga, Ibu dan kakak penderita meninggal dengan
tumor payudara. Suami penderita adalah perokok berat.
Pemeriksaan dokter didapati: benjolan pada mammae sinistra kuadran lateral atas terdapat perubahan gambaran sebagian kulit seperti kulit jeruk, retraksi puting susu dan teraba benjolan sebesar telur ayam, solid, terfiksir dan tidak berbatas jelas dengan jaringan sekitarnya. Bekas operasi pada mammae kanan tidak tampak jelas. Pada pemeriksaan aksila kiri teraba benjolan berdiameter 1 cm yang tidak nyeri. Aksila kanan tidak didapati kelainan.
Pemeriksaan dokter didapati: benjolan pada mammae sinistra kuadran lateral atas terdapat perubahan gambaran sebagian kulit seperti kulit jeruk, retraksi puting susu dan teraba benjolan sebesar telur ayam, solid, terfiksir dan tidak berbatas jelas dengan jaringan sekitarnya. Bekas operasi pada mammae kanan tidak tampak jelas. Pada pemeriksaan aksila kiri teraba benjolan berdiameter 1 cm yang tidak nyeri. Aksila kanan tidak didapati kelainan.
Dilakukan beberapa
pemeriksaan penunjang sebelum tindakan mastektomi kiri. Selanjutnya jaringan
hasil operasi dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi untuk mendapatkan
diagnosa pasti.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah definisi dan pengertian
neoplasma?
2.
Apa saja faktor risiko dan
predisposisi terjadinya carcinoma?
3.
Bagaimanakah patogenesis
terjadinya carcinoma?
4.
Bagaimanakah klasifikasi
neoplasma?
5.
Bagaimanakah anatomi,
histologi, dan fisiologi mammae?
6.
Bagaimana diagnosis carcinoma
mammae?
B. Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui definisi dan pengertian neoplasma.
2.
Mengetahui berbagai faktor risiko
dan predisposisi terjadinya carcinoma.
3.
Mengetahui patogenesis terjadinya carcinoma.
4.
Mengetahui klasifikasi
neoplasma.
5.
Mengetahui anatomi, histologi,
dan fisiologi mammae.
6.
Mengetahui diagnosis carcinoma mammae.
7.
Mengetahui penatalaksanaan yang
tepat untuk carcinoma mammae.
C. Manfaat Penulisan
Mahasiswa mampu :
1.
Menjelaskan definisi dan
epidemiologi neoplasma
2.
Menjelaskan macam faktor dan
risiko penyebab neoplasma
3.
Menjelaskan gejala dan tanda
(local symptom, systemic symptom, and metastatic symptom)
4.
Menjelaskan macam-macam proses
dan diagnosis neoplasma
BAB II
LANDASAN TEORI
Neoplasma ialah kumpulan sel abnormal yang
terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak
berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya, dan tidak berguna bagi tubuh. Dalam
klinik, istilah tumor sering digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan
sebagai pembengkakan, yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh
radang, atau perdarahan. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua
tonjolan disebabkan oleh neoplasma. Sel- sel neoplasma berasal dari sel- sel
yang sebelumnya adalah sel- sel normal, namun menjadi abnormal akibat perubahan
neoplastik.
B.
. Faktor Risiko dan Predisposisi Terjadinya Carcinoma
Faktor predisposisi terjadinya carcinoma:
1.
Faktor geografik dan lingkungan
Karsinogen
lingkungan banyak ditemukan di lingkungan sekitar. Contohnya seperti sinar
matahari, dapat ditemukan terutama di perkotaan, atau terbatas pada pekerjaan
tertentu. Hal tertentu dalam makanan dilaporkan mungkin merupakan faktor
predisposisi. Termasuk diantaranya merokok dan konsumsi alkohol kronik.
2.
Usia
Secara umum, frekuensi kanker meningkat seiring pertambahan usia. Hal ini terjadi akibat akumulasi mutasi somatik yang disebabkan oleh berkembangnya neoplasma ganas. Menurunnya kompetensi imunitas yang menyertai penuaan juga mungkin berperan.
Secara umum, frekuensi kanker meningkat seiring pertambahan usia. Hal ini terjadi akibat akumulasi mutasi somatik yang disebabkan oleh berkembangnya neoplasma ganas. Menurunnya kompetensi imunitas yang menyertai penuaan juga mungkin berperan.
3.
Hereditas (Keturunan)
Saat
ini terbukti bahwa pada banyak jenis kanker, terdapat tidak saja pengaruh
lingkungan, tetapi juga predisposisi herediter. Bentuk herediter kanker dapat
dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
3.1 Sindrom kanker
herediter, pewarisan satu gen mutannya akan sangat meningkatkan risiko
terjangkitnya kanker yang bersangkutan. Predisposisinya memperlihatkan pola
pewarisan dominan autosomal.
3.2 Kanker familial,
kanker ini tidak disertai fenotipe penanda tertentu. Contohnya mencakup
karsinoma kolon, payudara, ovarium, dan otak. Kanker familial tertentu dapat
dikaitkan dengan pewarisan gen mutan. Contohnya keterkaitan gen BRCA1 dan BRCA2
dengan kanker payudara dan ovarium familial.
3.3 Sindrom resesif autosomal gangguan
perbaikan DNA. Selain kelainan prakanker yang diwariskan secara dominan,
sekelompok kecil gangguan resesif autosomal secara kolektif memperlihatkan ciri
instabilitas kromosom atau DNA.
Faktor-
Faktor Risiko Karsinoma Payudara diantaranya mencakup usia, lokasi geografis,
ras, status sosioekonomi, status perkawinan, paritas, riwayat menstruasi,
riwayat keluarga, bentuk tubuh, penyakit payudara lain, terpajan radiasi, dan
kanker primer kedua.
Berdasarkan etiologinya, patogenesis karsinogenesis dapat disebabkan oleh :
1. Karsinogen kimiawi
2. Virus
3. Karsinogen fisik
4. Hormon dan
5. Kokarsinogen, berupa: Diet, Umur, Keturunan, Rangsang menahun, dan
Trauma.
C. Patogenesis Terjadinya
Carcinoma (Karsinogenesis)
Model klasik karsinogenesis membagi proses menjadi 3 tahap yaitu:
1.
Inisiasi
Inisiasi adalah
proses yang melibatkan mutasi genetik yang menjadi permanen dalam DNA sel.
2.
Promosi
Promosi adalah suatu
tahap ketika sel mutan berproliferasi.
3.
Progresi
Progresi adalah
tahap ketika klon sel mutan mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma
ganas seiring berkembangnya tumor, sel menjadi lebih heterogen akibat mutasi
tambahan. Selama stadium porgresif, massa tumor yang meluas mendapat lebih
banyak perubahan yang memungkinkan tumor mnginvasi jaringan yang berdekatan,
membentuk pasokan darah sendiri (angiogenesis), penetrasi ke pembuluh darah,
dan bermetastasis untuk membentuk tumor sekunder.
Dalam kondisi fisiologis normal, mekanisme
sinyal sel yang memulai proliferasi sel dapat dibagi menjadi langkah- langkah
sebagai berikut:
a.
Faktor pertumbuhan, terikat
pada reseptor khusus pada permukaan sel.
b.
Reseptor faktor pertumbuhan
diaktifkan yang sebaliknya mengaktifkan beberapa protein transduser.
c.
Sinyal ditransmisikan melewati
sitosol melalui second messager menuju inti sel.
d.
factor transkripsi inti yang
memulai pengaktifan transkripsi asam
deoksiribonukleat
(DNA).
Ketika keadaan menguntungkan untuk
pertumbuhan sel, sel terus melalui fase replikasi sel, Siklus sel
tersebut dibagi menjadi empat fase: G1 (gap 1), S (sintesis), G2 (gap 2), dan M
(mitosis). Sel tidak aktif yang terdapat dalam keadaan tidak membelah disebut G
0.
Proses dasar yang sering terdapat pada semua neoplasma adalah perubahan gen yang disebabkan oleh mutasi pada sel somatik. Ada empat golongan gen yang memainkan peranan penting dalam mengatur sinyal mekanisme faktor pertumbuhan dan siklus sel itu sendiri, yaitu protoonkogen, gen supresi tumor, gen yang mengatur apoptosis, dan gen yang memperbaiki DNA.
1.
Protoonkogen, berfungsi untuk
mendorong dan meningkatkan pertumbuhan normal dan pembelahan sel. Sel yang
memperlihatkan bentuk mutasi dari gen ini disebut onkogen dan memiliki
kemungkinan yang besar untuk berkembang menjadi ganas setelah pembelahan sel
dalam jumlah yang terbatas.
2.
Gen- Gen Supresor Tumor,
berfungsi untuk menghambat atau “mengambil kerusakan” pada pertumbuhan sel dan
siklus pembelahan. Mutasi pada gen supresor tumor menyebabkan sel mengabaikan
satu atau lebih komponen jaringan sinyal penghambat, memindahkan kerusakan dari
siklus sel dan menyebabkan angka yang tinggi dari pertumbuhan yang tidak
terkontrol kanker. Neoplasia adalah akibat dari hilangnya fungsi kedua gen
supresor tumor. Gen supresor tumor Rb yang menyandi protein pRb penting untuk
mengontrol siklus sel (master brake) pada titik pemeriksaan G1-S, sedangkan gen
TP53 (yang mengkode untuk protein p53) adalah emergency brake di titik
pemeriksaan G1-S namun biasanya tidak dalam perjalanan replikasi normal. Tapi
bila terjadi kerusakan DNA, p53 akan memengaruhi transkripsi untuk menghentikan
siklus sel (melalui ekspresi p21). Jika kerusakan terlalu berat, maka p53 merangsang
apoptosis. Contoh lain gen supresor tumor adalah BRCA1 dan BRCA2 yang berkaitan
dengan kanker payudara dan ovarium.
3.
Gen-Gen yang Mengatur
Apoptosis. Kerja gen ini mengatur apoptosis, dengan menghambat apoptosis, mirip
dengan gen bcl-2, sedangkan yang lain meningkatkan apoptosis (seperti sebagai
bad atau bax).
4.
Gen-Gen Perbaikan DNA. Mutasi
dalam gen perbaikan DNA dapat menyebabkan kegagalan perbaikan DNA, yang pada
gilirannya memungkinkan mutasi selanjutnya pada gen supresor tumor dan
protoonkogen untuk menumpuk.
D. Klasifikasi Neoplasma
Dalam penggunaan istilah kedokteran yang umum, neoplasma sering disebut
sebagai tumor. Dalam onkologi (ilmu yang mempelajari tentang tumor), tumor
dikategorikan jinak (benigna) dan ganas (maligna). Tumor ganas secara kolektif
disebut juga sebagai kanker.
a. Karakteristik
Jinak Ganas
a. Diferensiasi/
anaplasia Berdiferensiasi baik; struktur mungkin khas jaringan asal Sebagian
tidak memperlihatkan diferensiasi disertai anaplasia; struktur sering tidak
khas
b. Laju
pertumbuhan Biasanya progresif dan lambat Tidak terduga dan mungkin cepat atau
lambat
c. Invasi
local Biasanya kohesif dan ekspansif, massa berbatas tegas yang tidak
menginvasi atau menginfiltrasi jaringan normal di sekitarnya Invasi lokal,
menginfiltrasi jaringan normal di sekitarnya; kadang-kadang mungkin tampak
kohesif dan ekspansif tetapi dengan jarak mikroskopik
d.
Metastasis Tidak ada Sering ditemukan; semakin
besar dan semakin kurang berdiferensiasi tumor primer, semakin besar kemungkinan
metastasis.
Klasifikasi
neoplasma umumnya dipakai berdasarkan gambaran histologik. Untuk tumor jinak
dinamai dengan menambahkan akhiran –oma pada nama sel tempat tumor itu berasal.
Tumor ganas dinamai seperti tumor jinak dengan tambahan dibelakangnya. Tumor
ganas yang berasal dari jaringan mesenchym disebut sarcoma. Misalnya, tumor
ganas jaringan ikat disebut fibro-sarcoma. Tumor ganas yang berasal dari ketiga
lapis benih disebut carcinoma. Tumor ganas yang membentuk kelenjar seperti yang
terlihat pada gambaran mikroskopik disebut adenocarcinoma dan pembagian lebih
lanjut berdasarkan asal alat tubuhnya.
E. Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Mammae
Mammae terdiri dari berbagai struktur, yaitu
1.
Parenkim epitel
2.
Lemak, pembuluh darah, saraf dan saluran getah bening,
dan
3.
Otot dan fascia.
Kelenjar mammae dewasa adalah kelenjar tubuloalveolar kompleks yang
terdiri atas ±20 lobi. Semua lobi berhubungan dengan
duktus laktiferus yang bermuara di puting susu. Lobi dipisahkan oleh
sekat-sekat jaringan ikat dan jaringan lemak.
Mammae dibungkus oleh fasiapektoralis superficial dimana permukaan dan posterior dihubungkan oleh ligamentum cooper yang berfungsi sebagai penyangga.
Mammae mulai berkembang saat pubertas, yang distimulasi oleh estrogen yang berasal dari siklus seksual wanita bulanan; estrogen merangsang pertumbuhan kelenjar mammaria payudara ditambah dengan deposit lemak untuk memberi massa payudara. Pertumbuhan yang lebih besar terjadi selama kehamilan. Selama kehamilan, sejumlah besar estrogen disekresikan oleh plasenta sehingga sistem duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan, stroma payudara juga bertambah besar dan sejumlah besar lemak terdapat di dalam stroma. Empat hormon lain yang juga penting untuk pertumbuhan sistem duktus: hormon pertumbuhan,
Mammae dibungkus oleh fasiapektoralis superficial dimana permukaan dan posterior dihubungkan oleh ligamentum cooper yang berfungsi sebagai penyangga.
Mammae mulai berkembang saat pubertas, yang distimulasi oleh estrogen yang berasal dari siklus seksual wanita bulanan; estrogen merangsang pertumbuhan kelenjar mammaria payudara ditambah dengan deposit lemak untuk memberi massa payudara. Pertumbuhan yang lebih besar terjadi selama kehamilan. Selama kehamilan, sejumlah besar estrogen disekresikan oleh plasenta sehingga sistem duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan, stroma payudara juga bertambah besar dan sejumlah besar lemak terdapat di dalam stroma. Empat hormon lain yang juga penting untuk pertumbuhan sistem duktus: hormon pertumbuhan,
prolaktin, glukokortikoid adrenal, dan insulin. Perkembangan akhir mammae
menjadi organ yang menyekresi air susu juga memerlukan progesteron. Sekali
sistem duktus telah berkembang, progesteron
bekerja secara sinergistik dengan estrogen, juga dengan semua
hormon-hormon lain yang beru disebutkan di atas—menyebabkan pertumbuhan lobulus
payudara, dengan pertunasan alveolus, dan perkembangan sifat-sifat sekresi dari
sel-sel alveoli (Guyton dan Hall, 2007). Penurunan mendadak estrogen dan
progesteron yang terjadi seiring dengan keluarnya plasenta pada persalinan
memicu laktasi.
Setelah persalinan, laktasi dipertahankan oleh
dua hormon penting:
1. Prolaktin, yang bekerja pada
epitel alveolus untuk meningkatkan sekresi susu, dan
2. Oksitosin, yang menyebabkan
penyemprotan susu.
F.
Diagnosis
Carcinoma Mammae
Berikut adalah beberapa penyakit tumor pada payudara yang bukan merupakan
pertumbuhan abnormal (bukan neoplasma):
1. Peradangan
Biasanya menimbulkan nyeri spontan
dan nyeri tekan di bagian yang terkena. Contoh peradangan payudara adalah
Mastitis dan nekrosis lemak traumatik. Peradangan tersebut dapat terjadi akibat
proses infeksi maupun bukan infeksi.
2. Galactocele
Adalah dilatasi kistik suatu
duktus yang tersumbat yang terbentuk selama masa laktasi. Selain menyebabkan
“benjolan” yang nyeri, kista mungkin pecah sehingga memicu reaksi peradangan
lokal.
3. Perubahan
Fibrokistik (Mammary dysplasia)
Adalah kelainan akibat dari peningkatan dan distorsi perubahan siklik
payudara yang terjadi secara normal selama daur haid. Perubahan fibrokistik
dibagi menjadi perubahan nonproliferatif dan perubahan proliferatif.
Berikut adalah tumor payudara yang disebabkan pertumbuhan jaringan
abnormal (neoplasma):
1. Fibroadenoma
mammae (FAM)
Adalah
tumor jinak tersering pada payudara dan umumnya menyerang para remaja dan
wanita dengan usia <30 tahun. Berbatas tegas, konsistensi padat kenyal,
muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah digerakkan, dan diameter 1-10 cm.
2. Tumor
Filoides
Diperkirakan berasal dari stroma
intralobulus, jarang dari fibroadenoma yang sudah ada. Tumor ini mungkin kecil
(diameter 3 hingga 4 cm), tetapi sebagian besar tumbuh hingga berukuran besar /
masif sehingga payudara membesar. Sebagian besar tumor ini tetap lokalisata dan
disembuhkan dengan eksisi.
3. Papiloma
Intraduktus
Adalah pertumbuhan tumor neoplastik di dalam suatu duktus. Gejala klinis
berupa :
a. keluarnya
discharge serosa atau berdarah dari puting payudara
b. adanya
tumor subareola kecil, atau
c. retraksi
puting payudara (jarang terjadi)
d. karsinoma
G.
Carcinoma
Mammae
Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang
membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hiperplasia
sel dengan perkembangan sel-sel yang atipikal. Sel-sel ini kemudian berlanjut
menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7
tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa yang cukup besar untuk dapat
dipalpasi (kira-kira berdiameter 1 cm).
Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan namun terdapat beberapa
faktor risiko yang telah ditetapkan, keduanya adalah lingkungan dan genetik.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan peningkatan risiko kanker payudara adalah
tempat tinggal di negara berkembang bagian barat, keadaan sosial ekonomi yang
rendah, ras, riwayat penyakit payudara proliferatif, awitan dini menarke,
terlambatnya kelahiran anak pertama, menopause yang terlambat, keadaan
nulipara, terapi hormon eksogen, terpajan radiasi, dan faktor-faktor makanan
(obesitas dan- asupan
alkohol yang tinggi).
Pada keluarga dengan riwayat kanker payudara yang kuat, banyak perempuan
memiliki mutasi dalam gen kanker payudara, yang disebut BRCA-1 (di kromosom
17q21.3). Pola keturunan adalah dominan autosomal dan dapat diturunkan melalui
garis maternal maupun paternal. Sindrom kanker payudara familial lainnya
berkaitan dengan gen pada kromosom 13, yang disebut BRCA-2 (di kromosom
13q12-13). Kedua gen ini diperkirakan berperan penting dalam perbaikan DNA.
Keduanya bekerja sebagai gen penekan tumor, karena kanker muncul jika kedua
alel inaktif atau cacat – pertama disebabkan oleh mutasi sel germinativum dan
kedua oleh sel somatik berikutnya.
Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus membran basal
(noninvasif) dan kanker yang sudah menembus membran basal (invasif). Karsinoma
noninvasif diklasifikasikan menjadi : karsinoma duktus in situ (DCI), karsinoma
intraduktu, dan karsinoma lobulus in situ (LCIS). Karsinoma invasif
diklasifikasikan menjadi : karsinoma duktus invasif, karsinoma lobulus invasif,
karsinoma medularis, karsinoma koloid (karsinoma musinosa), karsinoma tubulus,
dan tipe lain. Dari tumor-tumor ini, karsinoma duktus invasif merupakan jenis
tersering. Karena biasanya memiliki banyak stroma, karsinoma ini juga disebut
sebagai scirrhous carcinoma .
H.
Penatalaksanaan
Carcinoma Mammae
Terapi Bedah. Pasien yang pada awal
terapi termasuk stadium 0, I, II, dan sebagian stadium III disebut kanker mamae
operabel. Terdapat banyak pilihan pola operasi mastektomi, pilihan didasarkan
pada stadium dengan syarat harus dapat mereseksi tuntas tumor. Secara umum,
terhadap lesi <3cm dan kelenjar limfe aksiler tidak jelas membesar, harus
lebih mempertimbangkan terapi kombinasi konservasi mamae, kalau tidak lebih
mempertimbangkan operasi radikal modifikasi.
Radioterapi. Ada 3 tujuan radioterapi, yaitu radioterapi murni kuratif,
radioterapi adjuvan, dan radioterapi paliatif. Untuk radioterapi kuratif,
terutama digunakan untuk pasien dengan kontraindikasi atau menolak operasi.
Kemoterapi. Dibagi menjadi kemoterapi pra-operasi, kemoterapi adjuvan pasca operasi, dan kemoterapi terhadap kanker mamae stadium lanjut atau rekuren dan metastasis (BA Onkologi Klinis)
Kemoterapi. Dibagi menjadi kemoterapi pra-operasi, kemoterapi adjuvan pasca operasi, dan kemoterapi terhadap kanker mamae stadium lanjut atau rekuren dan metastasis (BA Onkologi Klinis)
Terapi Hormonal. Ada berbagai obat hormonal yang diindikasikan sebagai terapi
kanker yang responsif hormon, seperti kanker payudara, prostat, atau
endometrium. Untuk kanker payudara, contohnya adalah tamoksifen dan aromatase
inhibitor
.Terapi biologis. Overekspresi onkogen berperanan penting dalam timbul
dan berkembangnya tumor, antibody monoclonal yang dihasilkan melalui teknik
transgenetik dapat menghambat perkembangan tumor (BA Onkologi Klinis).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Neoplasma adalah pertumbuhan jaringan abnormal
yang otonom dan merugikan. Dibagi menjadi neoplasma jinak dan neoplasma ganas.
Neoplasma ganas umumnya disebut tumor ganas atau kanker atau carcinoma.
2.
Faktor-faktor risiko yang
terdapat dalam kasus adalah suami yang perokok berat dan bahan pewarna kimia
dalam industri batik yang merupakan karsinogen kimiawi. Selain itu terdapat
predisposisi berupa riwayat keluarga yang juga menderita carcinoma mammae, dan
penderita juga pernah menderita tumor jinak pada payudara kanannya sewaktu SMA.
B. Saran
1.
Sebaiknya pasien menjalani
pemeriksaan penunjang sebelum melaksanakan tindakan mastektomi.
2.
Mastektomi perlu dilakukan
untuk mencegah metastasis lebih lanjut.
3.
Sebaiknya suami pasien
disarankan untuk berhenti merokok.
4.
Untuk orang yang memiliki
faktor risiko dan presdisposisi terhadap neoplasma tertentu diharapkan selalu
menjaga kesehatan dengan melakukan gaya hidup sehat untuk mencegah munculnya
neoplasma tersebut, serta sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Grace, Pierce A., Borley, Neil R. 2006. At Glace
Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Karsono, Bambang. 2007. Aspek Selular dan
Molekular Kanker dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus.
Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Kumar V, Cotran R.S, Robbins S.L. 2007. Buku Ajar
Patologi Robbins Edisi 7 Volume 1. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 2006.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta :
EGC.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari
Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Sutandyo, Noorwati. 2007. Terapi Hormonal Pada
Kanker dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K,
Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Tjarta, Achmad, dkk. 1973. Kumpulan Kuliah
Patologi. Jakarta: Bagian Patologi Anatomi FKUI.
0 komentar:
Posting Komentar